Tata Bahasa Dalam Bahasa Indonesia
Gaya Bahasa
Dalam Bahasa Indonesia
Pengertian Masing-masing Jenis Gaya
Bahasa dan Contoh Pemakaiannya.
Di bawah ini disampaikan pengertian
dari jenis-jenis gaya bahasa di atas yang dirumuskan secara bebas berdasarkan
pemahaman yang diperoleh dari berbagai sumber:
1.Klimaks,
Klimaks yang disebut juga gradasi, adalah gaya bahsa berupa
ekspresi dan pernyataan dalam rincian yang secara periodek makin lama makin
meningkat, baik kuantitas, kualitas, intensitas, nilainya.
Contoh:
Idealnya setiap anak Indonesia
pernah menempuh pendidikan formal di TK, SD, SMP, SMA/SMK, syukur S2, S3 sampai
gelar Doktor dan kalau mengajar di Perguruan Tinggi bergelar Profesor/Guru
Besar pula.
Dalam apresiasi sastra, mula-mula
kita hanya membaca selayang pandang puisi yang akan kita apresiasi, lalu kita
membaca berulang-ulang sampai paham maksudnya, merasakan keindahannya, terus
mengkajidalami, bisa membawakannya penuh penghayatan, sampai kita mampu
menghargai keberadaan dan mencintainnya, syukur juga terpangil untuk kreatif menciptakan
bentuk-bentuk sastra.
2.Antiklimaks,
Antiklimaks merupakan
antonim dari klimaks adalah gaya bahasa berupa kalimat terstruktur dan isinya
mengalami penurunan kualitas, kuantitas intensitas. Gaya bahasa ini di mulai
dari puncak makin lama makin ke bawah.
Contoh:
Bagi milyader bakhlil, jangankan
menyumbang jutaan rupiah, seratus ribu, lima puluh ribu, sepuluh ribu, seribu
rupiah pun ia enggan, masih dihitung-hitung.
Jauh sebelum memperoleh mendali emas
dalam Olimpiade Athena 2004 cabang bulutangkis, Taufik Hidayat niscaya telah
menjadi juara nasional dan sebelumnya juga tingkat propinsi, kabupaten, malahan
pula tingkat kecamatan, desa, RT/RW.
3.Paralelisme
Paralelisme adalah gaya bahasa berupa penyejajaran antara frase-frase
yang menduduki fungsi yang sama.
Contoh: Kriminalitas dan kemaksiatan
itu akan menyengsarakan banyakmorang, membuat menderita kurban-kurbannya.
4.Repetisi
Repetisi adalah gaya bahasa dengan jalan mengulanmg pengunaan kata
atau kelompok kata tertentu.
Contoh:
Seumpama eidelwis akulah cinta abadi
yang tidak akan pernah layu
Seumpama merpati akulah kesetiaan
yang tidak pernah ingkar janji
Seumpama embun akulah kesejukan yang
membasuh hati yang lara
Seumpama samudra akulah kesabaran
yang menampung keluh kesah segala muara.
5.Aliterasi
Aliterasi adalah gaya bahasa berupa perulangan bunyi konsonan.
Contoh:
Widyawan Wisik Wahyu Wastika suka
menekuni spiritualitas.
Sahabatku bernama Fajar Firman
Firdaus Filosofi.
Jadilah jantan jujur jenius!
Nama mahasiswi itu Cici Cantika
Cangggih Cendikiawati
6.Elipsis
Elipsis adaklah gaya bahasa berupa penyusunan kalimat yang
mengandung kata-kata yang sengaja dihilangkan yang sebenarnya bisa diisi oleh
pembaca/penyimak.
Contoh:
- Pembangunan mencakup dua hal yakni
pembangunan material dan …….,pembangunan lahiriah dan …….., pembangunan
individual dan ……….
Apa saja yang ada di dunia serta
berpasangan ada siang ada ………, ada baik ada…….., ada terang ada ………, ada
pertemuan ada …….., roda berputar kadang di atas kadang …………
7.Eufemisme
Eufemisme adalah gaya bahasa berupa pengungkapan yang sifatnya
menghaluskan supaya tidak menyinggung perasaan, tidak terasa tajam.
Contoh:
-Karena melakukan sesuatu yang
kurang pas, Pak Bandot akhirnya dikenai pension dini.
(Terlibat skandal, korupsi, dipecat,
di PHK)
-Anak itu tinggal kelas karena agak
terlambat dalam mengikuti pelajaran.
(Bodoh)
8.Litotes
Litotes adalah
gaya bahasa yang sifatnya merendahkan diri, tidak sesuai dengan kenyataan yang
sesungguhnya namun tidak punya maksud agar orang percaya dengan hal itu,
pembicara/penyimak tahu apa yang sebenarnya ia maksudkan.
Contoh:
a. Kalau Anda tidak keberatan,
mampirlah ke gubug kami di Jalan Pemuda No. 100 Surakarta.
b. Yogya-Solo terpaksa kita tempuh 2
jam karena kita hanya naik gerobak.
9.Tautologi
Tautologi adalah sarana retorika yang menyatakan sesuatu secara
berulang dengan kata-kata yang maknanya sama supaya diperoleh pengertian yang
lebih mendalam, misalnya:
Tak ada badai tak ada topan,
tiba-tiba saja ia marah.
So pasti, buku-buku bermutu banyak
memberikan manfaat bagi pembacanya.
10.Pleonasme
Pleonasme adalah sarana retorika
semacam tautologi dengan kata kedua yang sudah dijelaskan oleh kata pertama.
Contoh:
a. Silakan maju ke depan, setelah itu naik ke atas.
b. Hujan yang basah menyuburkan tanah-tanah rekah
11. Erotesis/pertanyaan retoris
Erotesis/pertanyaan retoris adalah gaya bahasa berupa pengajuan pertanyaan untuk
memperoleh efek mengulang tanpa menghendaki jawaban, karena jawabannya sudah
tersirat di sana. Gaya bahasa ini acap digunakan oleh para orator.
Contoh:
Biaya pendidikan di Perguruan Tinggi
sangat mahal. Bisakah rakyat kecil menyekolahkan anaknya sampai ke sana? Siapa
yang bisa berkuliah kalau bukan kaum berada?
12.Koreksio/Epanotesis
Koreksio/Epanotesis adalah gaya bahasa berupa pernyataan yang terkesan
meyakinkan, namun disadari mengandung kesalahan. Atas kesalahan itu lalu
dilakukan pembetulan.
Contoh:
Sudah setengah abad kita merdeka, eh
bukan, 60 tahun malah, nah selama itu, kemajuan apasajakah yang sudah kita
capai?
Dalam dunia sastra, kita mengenal
Pelopor Angkatan ’45 yaitu Rendra, ah bukan, bukan Rendra, yang benar adalah
Chairil Anwar.
13.Hiperbola
Hiperbola adalah gaya bahasa berupa pernyataan yang sengaja
dibesar-besarkan dan dibuat berlebihan.
Contoh:
-Saya ucapkan beribu-rbu terima
kasih atas perkenan Bapak dan Ibu menghadiri undangan panitia.
Bertemu kamu sayang, wahai sahabatku
yang elok dan indah, syahdu, hati berbunga-bunga sejuta rasanya terbang
melayang di angkasa bahagia.
14.Paradoks
Paradoks adalah gaya bahasa berupa pernyataan yang mengandung
kontras/pertentangan, namun ternyata mengandung kebenaran.
Contoh:
-Betapa banyak orang yang dalam
kesendiriannya merasa kesepian di kota sehiruk-pikuk Jakarta.
-Sebagai dosen, terus terang, saya
juga banyak belajar dari mahasiswa-mahasiswi saya.
15.Persamaan/simile
Persamaan/simile adalah bahasa kiasan berupa pernyataan satu hal dengan hal
lain dengan menggunakan kata-kata pembanding.
Contoh:
-Nyalakanlah semangat bagai dian nan
tak kunjung padam
-Bersabarlah seperti samudra yang
mampu menampug keluh kesah segala muara.
16.Metafora
Metafora adalah bahasa kiasan sejenis perbandingan namun todak
menggunakan kata pembanding. Di sini perbandingan dilakukan secara langsung
tanpa kata sejenis bagaikan, ibarat, laksana, dan semacamnya.
Contoh:
Kesabaran adalah bumi
Kesadaran adalah matahari
Keberanian menjelma kata-kata
Dan perjuangan adalah pelaksana
kata-kata(sebuah bait dalam puisi Rendra)
17.Alegori
Alegori adalah kata kiasan berbentuk lukisan/cerita kiasan,
merupakan metafora yang dikembangkan.
Contoh:
Sanjak “Menuju Ke Laut” karya Sutan
Takdir Alisyahbana. Biasanya bersifat simbolis
18.Personifikasi/Penginsanan
Personifikasi/Penginsanan adalah
gaya bahasa yang mempersamakan benda-benda dengan manusia, punya sifat,
kemampuan, pemikiran, perasaan, seperti yang dimiliki dan dialami oleh manusia.
Contoh:
Angin bercakap-cakap sama daun-daun,
bunga-bunga, kabut dan titik embun.
-Indonesia menangis, duka nestapa
Aceh memeluk erat sanubari bangsaku.
19.Alusio
Alusio
adalah gaya bahasa yang menampilkan
adanya persamaan dari sesuatu yang dilukiskan yang sebagai referen sudah
dikenal pembaca.
Contoh:
Bandung dikenal sebagai Paris Jawa.
Bung Karno – Bung Karno kecil
menunjukkan kebolehannya dalam lomba pidato membawakan fragmen “Di Bawah
bendera Revolusi”.
20.Sinekdoke
Sinekdoke
adalah bahasa kiasan dengan cara menyebutkan sesuatu bisa sebagian untuk
menyatakan keseluruhan (pars pro toto), bisa pula sebaliknya keseluruhan
digunakan untuk menyebut yang sebagian (totum pro parte)
Contoh totum pro parte:
1.Dalam
copa Amerika 2004, Brazil mengalahkan Argentina.
2.Karya-karya
menjadi cindera mata bagi dunia
Contoh pars pro toto:
1.Korban gelombang Tsunami 26
Desember 2004 mencapai 100 jiwa lebih.
2.Dalam Idul Adha tahun ini, Masjid
Al-Muttaqin berkurban 6 ekor sapi 10 ekor kambing.
21.Metonemia adalah bahasa kiasan
dalam bentuk penggantian nama atas sesuatu.
Contoh:
Kita harus bersyukur tinggal di
negeri Zamrud Khatulistiwa yang elok permai ini
Panda banyak terdapat di negeri
Tirai Bambu.
22.Ironi/sindiran
Ironi/sindiran adalah
gaya bahasa berupa penyampaian kata-kata denga berbeda dengan maksud dengan
sesungguhnya, tapi pembaca/pendengar, di harapkan memahami maksud penyampaian
itu.
contoh:
Kuakui, kutu buku yang satu ini
memang berpengetahuan luas sekali.
23.Satire
Satire adalah
gaya bahasa sejenis ironi yang mengandung kritik atas kelemahan manusia agar
terjadi kebaikan . tidak jarang satire muncul dalam bentuk puisi yang
mengandung kegetiran tapi ada kesadaran untuk berbenah diri.
Contoh:
Aku lalai di pagi hari
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu miskin harta
(Bait
II puisi “Menyesal” karya M. Ali Hasymi)
n
gambaran / keadaaan dan sifatnya.
Misal : Wajahnya muram bagaikan bulan kesiangan.
Semangatnya keras bagai baja.
4. Alegori
Gaya bahasa yang memperlihatkan perbandingan utuh,
perbandingan itu membentuk kesatuan menyeluruh.
Misal : Mendayung bahtera hidup ( merupakan perbandingan
yang utuh dan menyeluruh bagi seseorang dalam rumah tangga, bahtera merupakan
perbandingan dari rumah tangga, sedang pengemudi dan awaknya merupakan
perbandingan dari suami istri ).
5. Parabel
Gaya bahasa perbandingan dengan menggunakan perumpamaan
dalam hidup, gaya bahasa ini terkandung dalam seluruh isi karangan, dengan
halus tersimpul pedoman hidup.
Misal : Bhagawat geta, Mahabrata, Bayan budiman ( mengandung
gaya bahasa ini )
6. Tropen
Gaya bahasa perbandingan dengan membandingkan suatu
pekerjaan atau perbuatan dengan kata – kata lain mengandung pengertian sejalan.
Misal : Ia mengubur dirinya saja, lalu tidak terdengar
suaranya.
Kemarin Ia terbang menuju Timor – Timur.
Setiap malam Ia menjual suaranya untuk nafkah anak istrinya.
7. Metonimia
Gaya bahasa perbadingan yang mengemukakan merk dagangan atau
nama barang untuk melukiskan sesuatu yang dipergunakan atau dikerjakan sehingga
kata itu berasosiasi dengan benda keseluruhan.
Misal : Ia naik Honda setiap hari ke kantornya. ( Naik motor
merk Honda )
8. Litotes
Gaya bahasa perbandingan yang melukiskan keadaan sesuatu
dengan kata – kata yang berlawanan artinya dengan kenyataan yang sebenarnya
guna merendahkan diri.
Misal : Datanglah ke gubuk orangtuaku.
9. Sinecdoche
a. Pars Prototo
Melukiskan sebagian untuk seluruhnya.
Misal : Sudah lama aku tidak melihat batang hidungnya.
b. Totemproparte
Majas yang menyebutkan keseluruhan untuk sebagaian.
Misal : Indonesia keluar sebagai juara dalam Asean games.
10. Eufimisme
Gaya bahasa perbandingan yang mengganti suatu pengertian
dengan kata lain yang hampir sama artinya dengan maksud untuk menghindarkan
pantang atau sopan santun.
Misal : Rupanya anak saudara kurang pandai sehingga tidak
naik kelas ( bodoh )
Berubah akal ( gila ), Datuk sudah berlalu ke hutan (
harimau )
11. Hiperbola
Gaya bahasa yang dipakai seseorang untuk melukiskan
peristiwa atau keadaan dengan cara berlebih – lebihan dari sesungguhnya.
Misal : Hatiku terbakar, darahku terasa mendidih mendengar
berita itu.
Tangisnya menyayat hati orang lain.
12. Alusio
Gaya bahasa perbandingan dengan mempergunakan ungkapan atau
peribahasa yang sudah lazim digunakan.
Misal : Dari tadi engkau menggantang asap saja mana
hasilnya.
Kakek itu tua – tua keladi, sudah tua makin menjadi.
Bergaul dengannya cukup makan hati.
13. Antonomasia
Gaya bahasa perbandingan dengan menyebutkan nama lain
terhadap seseorang yang sesuai dengan sifat orang tersebut.
Misal : Si Pincang telah tiada.
14. Perifrase
Gaya bahasa perbandingan dengan mengganti sebuah kata dengan
beberapa kata atau sebuah kalimat.
Misal : Kami baru sampai ke tempat itu sore hari, menjadi
Kami sampai ke tempat itu ketika matahari akan tenggelam di upuk barat.
II.
GAYA BAHASA PENEGASAN
1. Pleonasme
Gaya bahasa penegasan yang mempergunakan sepatah kata yang
sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi karena arti kata tersebut sudah
terkandung dalam kata yang diterangkan.
Misal : lepas dari Selat Malaka, mulailah kami mengarungi
Samudera Luas.
Salju putih sudah mulai turun.
2. Repetisi
Gaya bahasa penegasan dengan mengulang sepatah kata berkali
– kali dalam kalimat yang lain dan biasanya digunakan oleh ahli pidato.
Misal : Cinta adalah keindahan, cinta adalah kebahagiaan,
cinta adalah pengorbanan.
3. Paralelisme
Gaya bahasa penegasan yang dipakai dalam puisi dengan
mengulang kata – kata.
Paralelisme terbagi dua :
a. Anapora : Salah satu gaya bahasa paralelisme
dengan menempatkan kata atau kelompok kata ( frase ) yang sama di depan tiap –
tiap larik dalam puisi secara berulang – ulang.
Misal : Kalaulah diam malam yang kelam
Kalaulah tenang sawang yang lapang
Kalaulah lelap orang di lawang
b. Epipora : Gaya bahasa paralelisme dengan
menempatkan kata atau kelompok kata (frase ) yang sama pada akhir larik dalam
puisi secara berulang – ulang.
Misal : Kalau kau mau akan datang
Jika kau kukehendaki, aku akan datang
Bila kau mu, aku akan datang
4. Tautologi
Gaya bahasa penegasan dengan mengulang beberapa kata dalam
sebuah kalimat.
Misal : Disuruhnya aku bersabar, bersabar dan sekali lagi
bersabar tetapi kini aku tak tahan lagi.
5. Klimaks
Gaya bahasa penegasan dan menyatakan beberapa hal berturut –
turut makin lama makin menuncak.
Misal : Sejak menyemai benih, tumbuh, hingga menuainya aku
sendiri yang mengerjakan.
6. Anti klimaks
Gaya bahasa penegasan yang bertentangan dengan gaya bahasa
klimaks, makna tergantung dalam kata – kata diucapkan berturut – turut makin
lama makin menurun.
Misal : Jangankan seribu, seratus rupiah pun tak ada
Dari pejabat tinggi, menengah, sampai rendah turut merasakan
kebersamaan.
7. Retoris
Gaya bahasa penegasan dengan mempergunakan kalimat Tanya
yang sebenarnya tidak memerlukan jawaban karena sudah diketahuinya.
Misal : Mana mungkin orang mati hidup kembali
8. Koreksio
Gaya bahasa penegasan berupa membetulkan ( mengoreksi
kembali kata –kata yang salah atau sengaja salah diucapkan.
Misal : Hari ini dia sakit ingatan ……..e.. maaf sakit kepala
maksudku.
9. Asindenton
Gaya bahasa penegasan dengan mengatakan beberapa benda, hal
atau keadaan secara berturut – turut tanpa memakai kata penghubung.
Misal : Kemeja, sepatu, kaus kaki, di belinya di toko itu.
10. Polisindenton
Gaya bahasa penegasan dengan menyebutkan beberapa hal, atau
keadaan secara berturut – turut dengan mempergunakan kata sambung.
Misal : Sebelum naik ke rumah maka ditanggalkannyasepatunya,
karena takut mengotori lantai.
11. Interupsi
Gaya bahasa penegasan dengan mempergunakan kata-kata atau
bagian kalimat yang disisipkan di antara kalimat pokok guna lebih menjelaskan
dan penekanan bagian kalimat sebelumnya.
Misalnya : Aku yang bekerja sepuluh tahun di sini belum
pernah dinaikan pangkat.
12. Praterio
Gaya bahasa penegasan dengan menyembunyikan sesuatu serta
seolah-olah menyeluruh, pembaca harus menerka apa yang disembunyikan itu, guna
menjelaskan bagian kalimat sebelumnya.
Misal : Kehiruk pikukan masyarakat Yogyakarta dalam menyambut
gerhana matahari total yang langka ini tidak usah saya ceritakan lagi.
13. Enumerasio
Gaya bahasa penegasan dengan melukiskan satu peristiwa agar
keseluruhan maksud kalimat lebih jelas dan tegas.
Misal : Angin berhembus, laut tenang, bulan memancar lagi.
14. Inversi
Gaya bahasa yang berupa susunan kalimat terbalik dari subjek
predikat menjadi predilat – subjek. Inversi disebut juga susun balik.
Misal : a. Indah benar pemandangannya.
b. Luas sekali halaman rumahnya
15. Elipsis
Gaya bahasa yang menggunakan kalimat elips ( kalimat tidak
lengkap ). Kalimat elips ialah kalimat yang subjek atau predikatnya dilesapkan.
Misal : Diam ! ( maksudnya: Anak – anak diam ! )
16. Eksklamasio
Gaya bahasa yang menggunakan kata seru yang termasuk kata
seru diantaranya, yaitu ah, aduh, amboi, astaga, awas, oh, wah.
Misal : Awas, ada anjing galak !
III.
GAYA BAHASA PERTENTANGAN
1. Paradoks
Gaya bahasa pertentangan yang hanya kelihatan pada arti kata
yang berlawanan padahal maksud sesungguhnya tidak karena objeknya berlainan.
Missal : Hatinya sunyi di kota Jakarta yang ramai ini.
2. Anitesis
Gaya bahasa pertentangan dengan menggunakan kata-kata yang
berlawanan artinya.
Missal : Cantik atau tidak, kaya atau miskin bukanlah ukuran
bagi seorang wanita.
3. Okupasi
Gaya bahasa pertentangan yang mengandung bantahan tetapi
kemudian diberi penjelasannya.
Missal : Candu merusak kehidupan. Itu sebabnya pemerintah
mengawasi dengan keras, tetapi si pecandu tetap tidak dapat menghentikan
kebiasaannya.
4. Kotradiksio Interminis
Gaya bahasa pertentangan yang memeperlihatkan pertentang an
dengan penjelasan semula.
Misal : Semua murid ini hadir, kecuali si Hasan yang sedang
ikut jambore.
5. Anakronisme
Gaya bahasa yang pernyataannya tidak sesuai dengan
peristiwa.
Misal : a.Pangeran Diponegoro menembaki tentara Belanda
dengan rudal anti pesawat.
b. Candi Prambanan dibuat pada zaman dinasti Syailendra
dengan teknologi cakar ayam.
IV. GAYA BAHASA SINDIRAN
1. Ironi
Gaya bahasa sindiran yang menyatakan sebaliknya dengan
maksud menyindir.
Missal : Merdu benar suaramu terbangun aku
Pagi benar engkau dating padahal orang lain sudah banyak
yang menunggu.
2. Sinisme
Gaya bahasa sindiran dengan mempergunakan kata-kata yang
sebaliknya seperti ironi tetapi lebih kasar.
Missal : Pukullah aku kalau berani
Muntah aku melihat mukamu
3. Sarkasme
Gaya bahasa sindiran yang paling kasar dengan mempergunakan
kata-kata yang dianggap tidak sopan.
Misal : He…..anjing…..pergi dari sini.
4. Antifrasis
Gaya bahasa ironi dengan kata atau kelompok kata yang maknanya
berlawanan.
Misal : a. “ Lihatlah si gendut ini,” ketika si kurus
datang.
b. “ itu diaa, si miskin sudah datang,” kata ibu ketika
paman yang kaya itu datang ke rumah.
5. Inuedo
Gaya bahasa sindiran yang mengecilkan kenyataan sebenarnya.
Misal : a. Jangan heran bahwa ia menjadi kaya karena pelit.
b. Wajar saja ia menjadi orang kaya karena melakukan sedikit
korupsi
(
Sumber: Dari berbagai sumber)
Komentar