MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF
pembelajaran Interaktif adalah suatu cara atau teknik pembelajaran yang
digunakan guru pada saat menyajikan bahan pelajaran dimana guru pemeran
utama dalam menciptakan situasi interaktif yang edukatif, yakni
interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan dengan sumber
pembelajaran dalam menunjang tercapainya tujuan belajar. Menurut Syah
(1998) proses belajar mengajar keterlibatan siswa harus secara
totalitas, artinya melibatkan pikiran, penglihatan, pendengaran dan
psikomotor (keterampilan, salah satunya sambil menulis). Dalam proses
mengajar seorang guru harus mengajak siswa untuk mendengarkan,
menyajikan media yang dapat dilihat, memberi kesmpatan untuk menulis dan
mengajukan pertanyaan atau tanggapan sehingga terjadi dialog kreatif
yang menunjukan proses belajar mengajar yang interaktif.
Pengembangan
model Pembelajaran interaktif dalam mata pelajaran IPS dapat dilakukan
guru pada semua pokok bahasan, dengan syarat harus memperhatikan
Sembilan hal yakni : motovasi, pemusatan perhatian, latar belakang siswa
dan konteksitas materi pelajaran, perbedaan individual siswa, belajar
sambil bermain, belajar sambil bekerja, belajar menemukan dan memecahkan
permasalahan serta hubungan sosial. Dalam proses kegiatan belajar
mengajar yang interaktif, guru berperan sebagai pengajar, motivator,
fasilitator, mediator, evaluator, pembimbing dan pembaru. Dengan
demikian kedudukan siswa dalan kegiatan pem,belajaran di dalam kelas
melalui peran aktif, dimana aktifitasnya dapat diukur dari kegiatan
memperhatikan, memcatat, bertanya menjawab, mengemukakan pendapat dan
mengerjakan tugas, baik tugas kelompok maupun tugas individu. Dalam
situasi belajar yang demikian siswa akan mendapatkan pengalaman yang
berkesan, menyenangkan dan tidak membosankan.
Ahmad
Sabari (2005;52) memaparkan tentang syarat-syarat yang harus
diperhatikan oleh seorang guru dalam penggunaan model pembelajaran yaitu
sebagai berikut :
1. Model pembelajaran yang digunakan harus dapat membangkitkan motivasi, minat atau gairah belajar siswa.
2. Model
pembelajaran yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk
belajar lebih lanjut, seperti melakukan interaksi dengan guru dan siswa
lainnya.
3. Model pembelajaran harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberikan tanggapannya terhadap materi yang disampaikan.
4. Model pembelajaran harus dapat menjamin perkembangan keegiatan kepribadian siswa.
5. Model
pembelajaran yang digunakan harus dapat mendidik siswa dalam teknik
belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
6. Model yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Ada
empat alasan mengapa siswa harus dikembangkan kemampuan berpikir.
Pertama, kehidupan kita dewasa ini ditandai dengan abad informasi yang menuntut
setiap orang untuk memiliki kemampuan dalam mencari, menyaring guna
menentukan pilihan dan memanfaatkan informasi tersebut sesuai dengan
kebutuhan dan kehidupannya, ;kedua, setiap orang senantiasa dihadapkan
pada berbagai masalah dan ragam pilihan sehingga untuk itu dituntut
memiliki kemampuan berfikir krisis dan kreatif, karena masalah dapat
terpecahkan dengan pemikiran seperti itu, ketiga kemampuan memandang
sesuatu hal dengan cara baru atau tidak konvensional merupakan
keterampilan penting dalam memecahkan masalah, dan alasan keempat,
kreatifitas merupakan aspek penting dalam memecahkan masalah, mulai dari
apa masalahnya, mengapa muncul masalah dan bagaimana cara pemecahannya.
Peran
guru mempunyai hubungan erat dengan cara mengaktifkan siswa dalam
belajar, terutama dalam proses pengembangan keterampilan. Menurut Balen
(1993), pengembangan keterampilan tersebut yang harus dimiliki siswa
adalah ketrampilan berpikir, keterampilan social dan keterampilan
praktis. Ketiga keterampilan tersebut dapat dikembangkan dalam situasi
belajar mengajar yang intraktif antara guru dengan siswa dan siswa
dengan siswa.
Usman.M.Uzer
(1990), mengatakan bahwa pola interaksi optimal antara guru dan siswa,
antara siswa dan guru dan antara siswa dan siswa merupakan komunikasi
multiarah yang sesuai dengan konsep siswa aktif. Sebagaimana yang
dikehendaki para ahli dalam pendidikan modern, hal ini sulit terjadi
pada mixed ability karena pada umumnya interaksi hanya terjadi antar
siswa pandai dan guru. Agar siswa termotivasi dalam komunikasi
multiarah, maka guru perlu memilih strategi pembelajaran yang
menyenangkan. Sebagaimana pendapat Murray (1984) yang mnyatakan hal-hal
yang bersifat menyenangkan dapat menggali dan mengembangkan motivasi
siswa. Motivasi siswa dipengaruhi taraf kelsulitan materi. Ini berarti
motivasi dapat berkurang apabila materi pembelajaran mempunyai taraf
kesulitan yang tinggi atau sebaliknya. Tetapi dapat juga taraf kesulitan
justru tergantung pada motivasi siswa. Hal tersebut didukung oleh
Sagimun dan Bimo Walgito (1983) yang menyatakan bahwa untuk
membangkitkan emosi intelektual, siswa diberi semacam
permainan-permainan atau teka-teki atau cerita-cerita yang berkaitan
dengan materi yang hndak diajarkan. Murray dan Bimo Wlgito (1983)
mnyatakan bahwa siswa usia anak-anak senang belajar hal-hal yang nyata,
dan yang menyenangkan.
Guru
perlu memahami adanya perbedaan dalam bidang intelektual, terutama
dalam pengelompokan siswa di kelas. Siswa yang kurang cerdas jangan
dikelompokkan dengan siswa yang kecerdasannya setingkat dengannya,
tetapi perlu dimasukan kedalam siswa yang cerdas. Dengan harapan siswa
yang kurang cerdas terpacu lebih kreatif, ikut terlibat langsung dengan
motivasi yang tinggi dalam kerjasama dengan teman sekelompok dengannya,
Mursal (1981).
Kegiatan
balajar tidak ditekankan pada “hasil“ tetapi pada “Proses” belajar.
Jadi yang lbih utama adalah menyusun strategi bagaimana agar siswa
memperoleh pengetahuan dengan cara “mengalami” bukan “menghafal. Menurut
Piaget dan Slavin (1995), menyatakan bahwa struktur pengetahuan di
kembangkan dalam otak manusia melalui dua cara yaitu asimilasi dan
akomodasi yang berarti struktur pengetahuan baru dibuat atas dtruktur
pengetahuan yang sudah ada, pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi
untuk menyesuaikan datangnya pengetahuan baru.
Menurut
Drost, SJ (1999), proses pembelajara berjalan dengan baik dan lancar
jika terjalin hubungan manusiawi antar guru dan siswa, hubungan
persaudaraan antar siswa, situasi saling membantu, disiplin kerj,
tanggung jawab, mitra dalam pelajaran, menolong, kerjasama yang erat,
brbagi pengalaman, dan dialog reflektif antar pelajar. Hal tersebut
sejalan dengan prinsip accelerated learning yang dikutip dalam barokah
(2002), menyatakan bahwa landasan social dalam belajar mutlak harus ada
kerena adanya kerjasama akan membantu mempercepat belajar dan adnya
persaingan akan memperlambat proses belajar.
Guru
dalam proses belajar mengajar yang interaktif dapat mengembangkan
teknik bertanya efektif atau melakuakan dialog kreatif dengan mengajukan
pertanyaan kepada siswa. Sifat pertanyaan dapat mengungkapkan sesuatu
atau memiliki sifat inkuiri sehingga melalui pertanyaan yang diajukan,
siswa dikembangkan kemampuannya kea rah berfikir kreatif dalam
menghadapi sesuatu. Beberapa komponon yang harus dikuasai oleh guru
dalam menyampaikan pertanyaan yaitu pertanyaan harus mudah dimengerti
oleh siswa, memberi acuan, pemusatan perhatian, pemindahan giliran dan
penyebaran, pemberian waktu berpikir kepada siswa serta pemberian
tuntutan. Sedangkan jenis pertanyaan untuk mengembangkan model dialog
kreatif ada enam jenis yaitu : pertanyaan mengingat, mendeskripsikan,
menjelaskan, sintesis, menilai dan pertanyaan terbuka. Untuk
meningkatkan interaksi dalam proses belajar mengajar, guru hendaknya
mengajukan pertanyaan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk
mendiskusikan jawaban dan menjadi dinding pemantul atas jawaban siswa.
Sementara itu Ahmadi (1984;35) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah
hasil yang dicapai dalam suatu usaha, dalam hal ini hasil belajar berupa
perwujudan prestasi belajar siswa yang dapat dilihat pada nilai setiap
mengikuti tes hasil belajar.
Bahan Bacaan :
R. W. Dahar, 1989, Teori-teori Belajar, Jakarta, Erlangga.
Sabri, A. 2005, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, Quantum Teaching, Jakarta.
Udin S. Winataputra, 2007 Materi dan Pembelajaran IPS SD, Universitas Terbuka.
Hera Lestari Mikarsa dkk, 2007 Pendidikan Anak di SD, Universitas Terbuka
Komentar