DEVIDEN
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
1.Dividen
Seorang investor yang menanamkan modalnya pada suatu perusahaan tentu
saja mengharapkan return atau keuntungan yang akan diperoleh dari
investasi yang telah dilakukannya. Keuntungan yang dapat diterima oleh
investor atau pemegang saham dari penanaman modal melalui pembelian
saham suatu perusahaan terdiri dari dua macam yaitu dividen dan capital
gain.
1.1 Pengertian Dividen
Adapun Pengertian dividen menurut Zaki Baridwan (2004:434) menyatakan bahwa :
“Dividen adalah pembagian laba perusahaan kepada para pemegang saham
yang besarnya sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimiliki”
Sedangkan pengertian dividen menurut Bambang Riyanto (2001:265) menyatakan bahwa :
“Dividen adalah aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham atau equity investors”.
Pengertian capital gain menurut Agus Sartono (2001:483) menyatakan bahwa :
“Capital gain adalah keuntungan yang diperoleh dari penjualan aktiva
tetap atau selisih harga jual dan harga beli surat berharga”.
1.2 Jenis-Jenis Dividen
Biasanya dividen dibagikan dengan interval waktu yang tetap, tetapi
kadang-kadang diadakan pembagian dividen tambahan pada waktu yang bukan
biasanya. Menurut Zaki Baridwan (2004:434) menyatakan bahwa dividen yang
dibagi oleh perusahaan bisa mempunyai beberapa bentuk sebagai berikut :
1. Dividen Kas
Dividen yang paling umum digunakan oleh perusahaan adalah dalam bentuk
kas. Para pemegang saham akan menerima dividen sebesar tarif per lembar
dikalikan dengan jumlah lembar yang dimiliki. Yang perlu diperhatikan
oleh pimpinan perusahaan sebelum membuat pengumuman adanya dividen kas
adalah jumlah uang kas yang ada mencukupi untuk pembagian dividen
tersebut.
2. Dividen Aktiva Selain Kas
Dividen yang
dibagikan tidak selalu dalam bentuk uang tunai tetapi dapat juga berupa
aktiva surat-surat berharga atau saham perusahaan, barang-barang hasil
produksi perusahaan yang membagi dividen tersebut, atau aktiva-aktiva
lain.
3. Dividen Utang
Dividen utang timbul apabila saldo
laba tidak dibagi mencukupi untuk pembagian dividen, sedangkan saldo kas
yang ada tidak cukup. Sehingga pimpinan perusahaan akan mengeluarkan
dividen utang yaitu janji tertulis untuk membayar jumlah tertentu di
waktu yang akan datang. Dividen utang ini bisa dikenai bunga bisa juga
tidak.
4. Dividen Likuidasi
Adalah dividen yang dibagikan
sebagian merupakan pembagian laba dan sebagian lagi merupakan
pengembalian modal. Perusahaan yang membagikan dividen likuidasi
biasanya adalah perusahaan-perusahaan yang akan menghentikan usahanya
misalnya dalam bentuk joint venture. Karena usaha perusahaan akan
diberhentikan maka tidak perlu memperbesar modal.
Pembagian dividen kepada pemegang saham dapat berakibat sebagai berikut :
1. Pembagian aktiva perusahaan dan suatu penurunan dalam jumlah modal
perusahaan seperti dalam hal dividen kas, aktiva selain kas, dan dividen
likuidasi.
2. Timbulnya suatu utang dan suatu penurunan dalam
jumlah modal perusahaan seperti dalam hal dividen utang atau dividen kas
yang sudah diumumkan tetapi belum dibayar.
3. Tidak ada perubahan
dalam aktiva, utang atau jumlah modal perusahaan, tetapi hanya
menimbulkan perubahan komposisi masing-masing elemen dalam modal
perusahaan seperti dalam hal dividen saham.
2.2 Kebijakan Dividen
Ketika sebuah perusahaan memperoleh laba bersih (net income) dan
tingkat cash flow pada suatu periode tertentu, manajemen akan dihadapkan
pada keputusan pemanfaatan laba tersebut.
Dua alternatif penggunaan
utama laba adalah dibagikan sebagai dividen atau ditahan sebagai laba
ditahan (retained earning). Keputusan inilah yang dikenal sebagai
kebijakan dividen, yaitu menentukan seberapa besar proporsi laba yang
akan dibagikan sebagai dividen.
2.2.1 Pengertian Kebijakan Dividen
Pengertian kebijakan dividen menurut Agus Sartono (2001:281) menyatakan bahwa :
“Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau
akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa
datang”.
Kebijakan dividen menurut Bambang Riyanto (2001:265) menyatakan bahwa :
“Kebijakan dividen adalah kebijakan yang bersangkutan dengan penentuan
pembagian pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan untuk
dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk
digunakan dalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus
ditanam di dalam perusahaan”.
Sedangkan pengertian kebijakan dividen menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2002:333) menyatakan bahwa :
“Kebijakan dividen adalah kebijakan yang menyangkut tentang masalah
penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham, pada dasarnya laba
tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan
kembali”.
Laba ditahan (retained earning) dengan demikian
merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk
membiayai pertumbuhan perusahaan sedangkan dividen merupakan aliran kas
yang dibayarkan kepada para pemegang saham atau “equity investors”.
Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka
akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total
sumber dana interen atau internal financing. Sebaliknya jika perusahaan
memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan
dana interen akan semakin besar.
2.2.2 Macam Macam Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan bentuknya bisa
bermacam-macam. Menurut Bambang Riyanto (2001:269) menyatakan bahwa ada
macam-macam kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan antara lain
sebagai berikut :
1. Kebijakan dividen yang stabil
Banyak
perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil, artinya
jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap
selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham setiap
tahunnya berfluktuasi.
2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham
tiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan
membayarkan dividen ekstra diatas jumlah minimal tersebut.
3. Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan
Jenis kebijakan dividen yang ketiga adalah penetapan dividend payout
ratio yang konstan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan
dividen payout ratio yang konstan misalnya 50%. Ini berarti bahwa
jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan
berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang diperoleh
setiap tahunnya.
4. Kebijakan dividen yang fleksibel
Kebijakan
dividen yang terakhir adalah penetapan dividen payout ratio yang
fleksibel, yang besarnya setiap tahun disesuaikan dengan posisi
financial dan kebijakan financial dari perusahaan yang bersangkutan.
2.2.3 Rasio Pembayaran Dividen
Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan
pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio)
menentukan jumlah laba yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan.
Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan
untuk pembayaran dividen.
Pengertian rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menurut Agus Sartono (2001:491) menyatakan bahwa :
“ Rasio pembayaran dividen adalah persentase laba yang dibayarkan dalam
bentuk dividen, atau rasio antara laba yang dibayarkan dalam bentuk
dividen dengan total laba yang tersedia bagi pemegang saham”.
Rasio ini dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
Sumber : Zaki Baridwan (2004:444)
1. Dividen Per Lembar Saham (Dividend Per Share)
Pengertian dividen per lembar saham (DPS) menurut Susan Irawati (2006:64) menyatakan bahwa :
“Dividen per lembar saham (DPS) adalah besarnya pembagian dividen yang
akan dibagikan kepada pemegang saham setelah dibandingkan dengan
rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar”.
Sumber : Susan Irawati (2006:64)
2. Laba Per Lembar Saham (Earning Per Share)
Pengertian laba per lembar saham menurut Zaki Baridwan (2004:443) menyatakan bahwa :
“Yang dimaksud dengan laba per lembar saham adalah jumlah pendapatan
yang diperoleh dalam suatu periode tertentu untuk setiap jumlah saham
yang beredar”.
Informasi mengenai laba per lembar saham dapat
digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan dividen yang akan
dibagikan. Informasi ini juga berguna bagi investor untuk mengetahui
perkembangan perusahaan selain itu juga dapat digunakan untuk mengukur
tingkat keuntungan suatu perusahaan.
Perhitungan laba per lembar saham diatur dalam SAK No.56 yang menyatakan dua macam laba per lembar saham :
a. Laba Per lembar saham dasar, adalah jumlah laba pada suatu periode
yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar dalam periode
pelaporan.
b. Laba per lembar saham dilusian, adalah jumlah laba
pada suatu periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar
selama periode pelaporan dan efek lain yang asumsinya diterbitkan bagi
semua efek berpotensi saham biasa yang sifatnya dilutif yang beredar
sepanjang periode pelaporan.
Sumber : Zaki Baridwan (2004:450)
2.2.4 Pembayaran Dividen Dalam Bentuk Dividen Saham (Stock Dividend),
Pemecahan Saham (Stock Split), dan Pembelian Kembali Saham (Repurchase Of Stock).
2.2.4.1 Dividen Saham (Stock Dividend)
Stock dividend adalah pembayaran tambahan saham (dividen dalam bentuk
saham) kepada pemegang saham. Stock dividend tidak lebih dari penyusunan
kembali modal perusahaan (rekapitalisasi perusahaan), sedangkan
proporsi kepemilikan tidak mengalami perubahan. Bagi investor dengan
adanya stock dividen ini maka ia tidak memperoleh apa-apa kecuali
tambahan saham. Demikian juga proporsi kepemilikan tidak berubah.
Apabila faktor lain tetap, maka penambahan jumlah lembar saham yang
beredar akan mengakibatkan harga pasar saham akan turun, sehingga nilai
keseluruhan bagi investor tidak mengalami perubahan. Bagi investor
apabila memerlukan dana dapat menjual tambahan saham yang diperolehnya,
dan seolah-olah saham yang dimiliki tidak berkurang. Stock dividend baru
akan meningkatkan kemakmuran pemegang saham apabila perusahaan juga
membayarkan dividen dalam bentuk kas. Sehingga pemegang saham selain
mendapat tambahan dana lembar saham juga tetap mendapatkan cash
dividend.
Tujuan perusahaan memberikan stock dividen adalah untuk
menghemat kas karena ada kesempatan investasi yang lebih menguntungkan.
Namun hal ini akan mengakibatkan kekecewaan pemegang saham. Maka
diperlukan informasi yang benar kepada pemegang saham, akan adanya
kesempatan investasi di masa datang. Kebijakan stock dividen yang tidak
dapat dibenarkan apabila stock dividend dipergunakan untuk mengatasi
kesulitan financial, karena perusahaan tidak dapat memanipulasi investor
yang akibatnya harga saham akan turun. Masalahnya yang penting adalah
menyangkut biaya emisi saham yang mahal sehingga stock dividend perlu
pertimbangan yang matang.
Zaki Baridwan (2004:437) menyatakan bahwa
ada beberapa keadaan atau alasan-alasan yang membenarkan pembagian
dividen saham antara lain :
1. Keinginan pimpinan untuk menahan laba
secara tetap yaitu dengan mengkapitalisasi sebagian laba tidak dibagi.
Akibat adanya dividen saham ialah menaikan jumlah modal disetor yaitu
dengan cara membebani rekening laba tidak dibagi dan dikreditkan ke
rekening modal saham.
2. Untuk dapat membagi dividen tanpa pembagian aktiva yang diperlukan untuk modal kerja atau ekspansi.
3. Untuk menaikan jumlah lembar saham yang beredar, sehingga harga
pasarnya akan menurun. Akibatnya yang lain adalah untuk mendorong
perdagangan saham.
2.2.4.2 Pemecahan Saham (Stock Split)
Stock split adalah pemecahan nilai nominal saham ke dalam nilai nominal
yang lebih kecil. Dengan demikian jumlah lembar saham yang beredar akan
meningkat proporsional dengan penurunan nilai nominal saham. Tujuan
stock split adalah untuk menempatkan harga pasar saham dalam trading
range tertentu. Lawan dari stock split adalah reverse splits. Dalam
reverse splits ini perusahaan mengurangi jumlah lembar sahamnya.
Tujuan dari dilakukannya reverse splits adalah untuk menaikan harga
pasar saham dalam keadaan dimana harga pasar sahamnya dianggap terlalu
rendah.
2.2.4.3 Pembelian Kembali saham (Repurchase Of Stock)
Perusahaan sering dan harus melakukan pembelian kembali saham
perusahaan karena perusahaan memiliki kelebihan kas, dan tidak ada
kesempatan investasi yang menguntungkan. Alasan lain mungkin karena
perusahaan akan melakukan penggabungan usaha dengan perusahaan lain.
Dalam kondisi tidak ada kesempatan investasi yang favourable, maka
pemberian dividen atau pembelian saham tidak dikenai pajak dan biaya
transaksi bagi investor akan sama saja. Dengan pembelian kembali jumlah
lembar saham yang beredar akan berkurang dan dividen per lembar saham
akan lebih besar akhirnya harga pasar saham akan meningkat.
Untuk melakukan pembelian kembali ini dapat dilakukan dengan dua cara.
(1)Perusahaan memberikan penawaran atau dengan cara membeli langsung di
pasar. Dengan tender penawaran perusahaan membuat penawaran formal
kepada pemegang saham untuk membeli sejumlah sahamnya pada tingkat harga
tertentu. Harga tersebut biasanya sedikit diatas harga pasar saat ini,
kemudian pemegang saham dapat mengumpulkan sahamnya untuk kemudian
dibeli perusahaan. (2) adalah dengan membeli langsung di pasar modal,
dalam hal ini peran pialang, broker akan membantu. Sebagai imbalannya
perusahaan akan memberikan informasi terlebih dahulu kepada pemegang
saham mengenai tujuan dan alasan diadakannya pembelian kembali saham
perusahaan.
Pembelian kembali saham perusahaan memiliki beberapa
keuntungan baik dari pihak pemegang saham maupun dari pandangan
manajemen. Menurut Agus Sartono (2001:299) menyatakan bahwa keuntungan
utama yang diperoleh atas pembelian saham diantaranya adalah :
1. Pembelian kembali saham perusahaan dipandang sebagai indikasi bahwa saham terlalu rendah atau undervalued.
2. Pemegang saham memiliki pilihan untuk menjual saham mereka atau
tidak, di lain pihak investor yang memerlukan uang kas dapat menjual
saham mereka sedangkan yang tidak memerlukan uang kas dapat menahan
sahamnya dengan harapan capital gain yang diperoleh di masa datang akan
lebih besar.
3. Dari pandangan manajemen pembelian kembali saham
memberikan beberapa keuntungan. Dividen bagi manajemen merupakan pilihan
yang sulit. Karena manajemen enggan untuk menaikan tingkat dividen
dengan alasan mungkin sulit untuk mempertahankan tingkat dividen yang
tinggi, perlu diingat investor menyukai penurunan dividen. Oleh sebab
itu jika kelebihan aliran kas hanya bersifat sementara, akan lebih baik
bagi manajemen mendistribusikan kelebihan aliran kas tersebut dalam
bentuk pembelian kembali saham perusahaan daripada pembayaran dividen.
4. Pembelian kembali saham perusahaan juga merupakan satu cara praktis
bagi manajemen untuk melakukan restrukturisasi keuangan perusahaan.
Akan tetapi perlu disadari bahwa pembelian kembali saham juga
menimbulkan kerugian. Menurut Agus Sartono (2001:299) menyatakan bahwa
kerugian yang mungkin timbul dari pembelian kembali saham adalah :
1. Perusahaan mungkin membayar terlalu tinggi untuk pembelian kembali
saham perusahaan, sehingga sangat merugikan pemegang saham yang memilih
untuk tidak menjual sahamnya. Jika saham saat ini tidak begitu likuid
dan perusahaan melakukan pembelian kembali saham dalam jumlah yang
besar, maka harga saham akan cenderung turun setelah pembelian kembali
saham ini.
2. Tidak semua pemegang saham mengetahui implikasi
pembelian kembali saham perusahaan terutama menyangkut kondisi
perusahaan saat ini dan prospeknya dimasa mendatang. Akibatnya tidak
semua investor memperoleh manfaat atas pembelian kembali saham
perusahaan.
3. Perusahaan semestinya akan dikenakan finalty jika
pembelian kembali saham perusahaan dalam jumlah yang besar ini
semata-mata dilakukan untuk menghindari pajak atas dividen.
4.
Beberapa investor memandang bahwa pembelian kembali saham perusahaan
merupakan indikasi bahwa perusahaan tidak memiliki pertumbuhan yang
baik. Jika hal ini benar, maka pembelian kembali saham ini akan
berakibat negatif terhadap harga saham. Namun demikian jika pembelian
ini disebabkan karena tidak adanya kesempatan investasi, maka mungkin
kebijakan ini memang lebih baik bagi manajemen daripada membagikannya
dalam bentuk dividen. Sehingga investor dapat melakukan investasi di
kesempatan lain.
2.2.5 Prosedur Pembayaran Dividen
Biasanya
perusahaan membayar dividen secara kuartalan. Persetujuan akhir
pembayaran dividen adalah dari dewan direksi. Setelah kebijakan dividen
perusahaan telah disusun, beberapa rincian prosedur baru diatur. Menurut
Arthur J Keown, at al (2000:626) menyatakan bahwa ada beberapa prosedur
yang ada dalam pembayaran dividen adalah sebagai berikut :
1. Tanggal Pencatatan
Adalah tanggal yang ditetapkan oleh dewan direksi pada saat dividen
diumumkan, dimana dilakukan pendaftaran para pemegang saham yang berhak
menerima dividen. Apabila sesudah saham didaftarkan kemudian dijual maka
pembeli tidak berhak menerima dividen yang dibagi itu karena nama yang
terdaftar adalah pemegang saham lama. Saham yang dijual sesudah
didaftarkan disebut “stock ex dividends”.
2. Tanggal Tanpa Dividen
Adalah tanggal pertama dimana pembeli saham tidak berhak lagi untuk menerima dividen yang baru saja diumumkan.
3. Tanggal Penggunaan
Adalah tanggal dimana dewan direksi mengumumkan jumlah dan tanggal pembayaran dividen berikutnya.
4. Tanggal pembayaran
Adalah tanggal dimana perusahaan membayarkan dividen yang diumumkan.
5. Rencana Reinvestasi Dividen (Dividend Reinvestment Plan)
Adalah pilihan rencana yang memungkinkan pemegang saham untuk
menginvestasikan dividen yang diterimanya secara langsung dalam bentuk
tambahan saham.
2.2.6 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan Dana Untuk Membayar Utang
Apabila suatu perusahaan akan memperoleh utang baru atau menjual
obligasi untuk membiayai perusahaan, sebelumnya harus sudah direncanakan
bagaimana caranya untuk membayar kembali utang tersebut. Utang dapat
dilunasi pada hari jatuhnya dengan mengganti utang tersebut dengan utang
baru. Atau alternatif lain ialah perusahaan harus menyediakan dana
sendiri yang berasal dari keuntungan untuk melunasi utang tersebut.
Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan
dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari
pendapatannya untuk keperluan tersebut, ini berarti bahwa hanya sebagian
kecil saja dari pendapatan atau earning yang dibayarkan sebagai
dividen. Dengan kata lain perusahaan harus menetapkan dividend payout
ratio yang rendah.
2. Likuiditas
Likuiditas perusahaan
merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan dividen. Karena
dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi
kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Perusahaan yang sedang
mengalami pertumbuhan dan profitable akan memerlukan dana yang cukup
besar untuk membiayai investasinya, oleh karena itu mungkin akan kurang
likuid karena dana yang diperoleh lebih banyak diinvestasikan pada
aktiva tetap dan aktiva lancar yang permanen. Likuiditas perusahaan
sangat besar pengaruhnya terhadap investasi perusahaan dan kebijakan
pemenuhan kebutuhan dana. Keputusan investasi akan menentukan tingkat
ekspansi dan kebutuhan dana perusahaan, sementara itu keputusan
pembelanjaan akan menentukan pemilihan sumber dana untuk membiayai
investasi tersebut.
3. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Makin
cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan akan
dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Makin besar
kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya,
perusahaan tersebut biasanya lebih senang untuk menahan earning nya
daripada dibayarkan sebagai dividen kepada para pemegang saham dengan
mengingat batasan-batasan biayanya. Dengan demikian dapatlah dikatakan
bahwa makin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan makin besar dana yang
dibutuhkan, makin besar kesempatan untuk memperoleh keuntungan, makin
besar bagian dari pendapatan yang ditahan dalam perusahaan, yang ini
berarti makin rendah dividend payout rationya.
Apabila perusahaan
telah mencapai tingkat pertumbuhan sedemikian rupa sehingga perusahaan
telah well established, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan
dana yang berasal dari pasar modal atau sumber dana eksteren lainnya,
maka keadaannya adalah berbeda. Dalam hal yang demikian perusahaan dapat
menetapkan dividend payout ratio yang tinggi.
4. Keadaan Pemegang Saham
Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen
biasanya mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham dan
dapat bertindak dengan tepat. Jika hampir semua pemegang saham berada
dalam golongan high tax dan lebih suka memperoleh capital gains, maka
perusahaan dapat mempertahankan dividend payout ratio yang rendah.
Dengan dividend payout ratio yang rendah tentunya dapat diperkirakan
apakah perusahaan akan menahan laba untuk kesempaan investasi yang
profitable. Untuk perusahaan yang jumlah pemegang sahamnya besar hanya
dapat menilai dividen yang diharapkan pemegang saham dalam konteks
pasar.
https://www.ifxid.com/?x=CFLRL
5. Pembatasan Hukum
Pembatasan hukum tertentu bisa membatasi jumlah dividen yang bisa dibayarkan perusahaan.
Menurut Arthur J Keown, at al menyatakan bahwa batasan hukum ada dua kategori :
a. Pembatasan menurut Undang-Undang, dapat mengahalangi perusahaan
dalam membayar dividen. Batasan-batasan ini mungkin saja berbeda,
biasanya perusahaan tidak membayar dividen karena kewajiban perusahaan
melebihi assetnya, jika jumlah dividen melebihi akumulasi laba (laba
ditahan), dan jika dividen dibayarkan dari modal yang diinvestasikan
dalam perusahaan.
b. Adalah unik bagi tiap perusahaan dan hasil dari
batasan dalam kontrak hutang dan saham preferen. Untuk meminimumkan
resiko, investor seringkali menerapkan aturan pembatasan atas manajemen
sebagai syarat investasi mereka dalam perusahaan. Batasan ini bisa
meliputi aturan bahwa dividen takkan diumumkan sebelum utang dibayar
kembali. Juga perusahaan mungkin disyaratkan mempertahankan jumlah modal
kerja tertentu. Pemegang saham preferen bisa menuntut agar dividen
biasa tidak akan dibayar jika saham preferen tidak dibayarkan.
6. Pengawasan Terhadap Perusahaan
Variabel penting lainnya adalah kontrol atau pengawasan terhadap
perusahaan. Ada perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya membiayai
ekspansinya dengan dana yang berasal dari sumber interen saja. Kebijakan
tersebut dijalankan atas dasar pertimbangan bahwa kalau ekspansi
dibiayai dengan dana yang berasal dari hasil penjualan saham baru akan
melemahkan control dari kelompok dominan di dalam perusahaan. Demikian
pula kalau membiayai ekspansi dengan uang akan memperbesar risiko
financialnya. Mempercayakan pada pembelanjaan interen dalam usaha
mempertahankan control terhadap perusahaan, berarti mengurangi dividen
payout ratio nya.
2.3 Nilai Perusahaan
Dalam jangka panjang
tujuan perusahaan adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Semakin tinggi
nilai perusahaan menggambarkan semakin sejahtera pula pemiliknya. Nilai
perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya.
2.3.1 Pengertian Nilai Perusahaan
Pengertian nilai perusahaan menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2002:7) menyatakan bahwa :
“Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon
pembeli apabila perusahaan tersebut dijual, semakin tinggi nilai
perusahaan semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik
perusahaan”.
Sedangkan pengertian nilai perusahaan menurut Agus Sartono (2001:487) menyatakan bahwa :
“Nilai perusahaan adalah nilai jual sebuah perusahaan sebagai suatu bisnis yang sedang beroperasi”.
Memaksimumkan nilai perusahaan (atau harga saham) tidak identik dengan
memaksimumkan laba per lembar saham (earning per share, EPS). Hal ini
karena disebabkan oleh :
1. Memaksimumkan EPS mungkin memusatkan pada EPS saat ini.
2. Memaksimumkan EPS mengabaikan nilai waktu uang.
3. Tidak memperhatikan faktor risiko.
Perusahaan mungkin memperoleh EPS yang tinggi pada saat ini, tetapi
apabila pertumbuhannya diharapkan rendah, maka dapat saja harga sahamnya
lebih rendah apabila dibandingkan dengan perusahaan yang saat ini
mempunyai EPS yang lebih kecil. Dengan demikian memaksimumkan nilai
perusahaan juga tidak identik dengan memaksimumkan laba, apabila laba
diartikan sebagai laba akuntansi (yang bisa dilihat dalam laporan rugi
laba perusahaan).
Sebaliknya memaksimumkan nilai perusahaan identik
dengan memaksimumkan laba dalam pengertian ekonomi (economic profit).
Hal ini disebabkan karena laba ekonomi diartikan sebagai jumlah kekayaan
yang bisa dikonsumsikan tanpa membuat pemilik kekayaan tersebut menjadi
lebih miskin.
2.3.2 Jenis-Jenis Nilai
Para akademisi dan
analis di bidang keuangan mengembangkan berbagai konsep nilai sebagai
upaya memahami tingkah laku harga saham. Berikut beberapa diantaranya
adalah :
1. Nilai Ekonomi
Konsep ini berkaitan dengan kemampuan
dasar suatu aktiva untuk memberikan aliran arus kas sesudah pajak kepada
yang memilikinya. Nilai ekonomi pada dasarnya merupakan konsep
pertukaran, nilai suatu barang didefinisikan sebagai jumlah kas yang
ingin diserahkan pembeli saat ini yaitu nilai sekarangnya untuk
dipertukarkan dengan suatu pola arus kas masa depan yang diharapkan.
Nilai ekonomi mendasari beberapa konsep umum nilai lainnya karena nilai
ekonomi didasarkan pada logika pertukaran yang sangat alami dalam proses
penginvestasian dana.
2. Nilai Pasar
Nilai pasar sering disebut
kurs, adalah harga yang terjadi dari proses tawar menawar di pasar.
Juga dikenal sebagai nilai pasar wajar, yaitu setiap aktiva atau
kumpulan aktiva, pada saat diperdagangkan dalam pasar yang terorganisasi
atau diantara pihak-pihak swasta dalam suatu transaksi tanpa beban dan
tanpa paksaan.
3. Nilai Intrinsik
Merupakan konsep yang paling
abstrak, karena mengacu pada perkiraan nilai riil suatu saham sebagai
wakil dari nilai perusahaan. Makna nilai perusahaan dalam konsep nilai
intrinsik ini bukan sekedar harga dari sekumpulan asset, melainkan nilai
perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan
keuntungan di kemudian hari.
4. Nilai Likuidasi
Nilai ini
berkaitan dengan kondisi khusus mana kala suatu perusahaan harus
melikuidasikan sebagian atau seluruh aktiva serta tagihan-tagihannya.
Nilai likuidasi hanya dapat dipakai untuk kegunaan yang terbatas.
Meskipun demikian, nilai likuidasi kadang-kadang dipergunakan dalam
menilai aktiva dari perusahaan yang belum diketahui untuk melaksanakan
analisis perbandingan dalam penilaian kredit. Nilai likuidasi bisa
dihitung dengan cara yang sama dengan menghitung nilai buku. Yaitu dari
neraca performa yang disiapkan ketika suatu perusahaan menjelang proses
likuidasi.
5. Nilai Nominal
Nilai nominal lebih dikenal oleh
banyak orang. Hal ini mungkin karena besaran itu tercantum secara formal
dalam anggaran dasar perusahaan, disebutkan secara eksplisit dalam
neraca perusahaan dan juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif.
Nilai nominal memiliki beberapa fungsi yuridis antara lain menunjukan
jumlah nominal yang harus disetor pemegang saham dalam memenuhi
kewajibannya, juga memperlihatkan besarnya porsi kepemilikan seorang
pemegang saham terhadap perusahaan.
6. Nilai Pemecahan
Konsep
nilai pemecahan berkaitan dengan pengambilalihan (take over) dan
restrukturisasi aktivitas perusahaan. Dengan asumsi bahwa kombinasi
nilai ekonomi dari masing-masing segmen multi usaha melebihi nilai
perusahaan secara keseluruhan, karena manajemen masa lalu yang tidak
cakap ataupun kesempatan-kesempatan saat ini yang tidak diketahui lebih
awal, perusahaan dipecah menjadi komponen-komponen yang dapat dijual
untuk dilepaskan kepada pembeli lain.
7. Nilai Reproduksi
Ini
merupakan jumlah yang diperlukan untuk menggantikan aktiva tetap yang
sejenis. Nilai reproduksi pada kenyataannya adalah salah satu dari
beberapa tolak ukur yang digunakan dalam mempertimbangkan nilai
perusahaan yang masih berjalan. Penetapan nilai reproduksi adalah suatu
estimasi yang sebagian besar didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
teknik.
8. Nilai berkelanjutan
Ini merupakan penerapan dari
nilai ekonomi karena perusahaan yang masih berjalan diharapkan
menghasilkan rangkaian arus kas dimana pembeli harus menilai untuk
memperkirakan harga dari perusahaan tersebut secara keseluruhan.
2.3.3 Penentuan Nilai Perusahaan
Dalam reorganisasi keuangan, faktor utama yang harus diperhatikan
adalah menyangkut penentuan nilai perusahaan. Hal ini sangat penting
terutama dalam rangka penjualan perusahaan, private placement, ataupun
go public.
Nilai dari suatu perusahaan tidak hanya bergantung pada
kemampuan menghasilkan arus kas tetapi juga bergantung pada
karakteristik operasional dan keuangan dari perusahaan yang diambil
alih.
Menurut Arthur J Keown, at al (2000:849) menyatakan bahwa
terdapat beberapa alternatif untuk menilai perusahaan diantaranya adalah
:
1. Price Book Value
Rasio ini mengukur nilai yang diberikan
pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah
perusahaan yang terus tumbuh.
Sumber : Brigham (2006:92)
2. Nilai Buku
Secara sederhana bisa dihitung dengan cara membagi selisih antara total
aktiva dengan total utang dengan jumlah saham yang beredar.
Dalam bentuk formula bisa ditulis :
Sumber : Arthur J. Keown (2000:850)
Nilai buku tidak menghitung nilai pasar dari suatu perusahaan secara
keseluruhan karena didasarkan pada data historis yang ada di dalam
perusahaan. Walaupun nilai buku dari suatu perusahaan secara jelas
bukanlah faktor yang penting sebaiknya jangan diabaikan. Nilai buku
dapat digunakan sebagai titik permulaan untuk dibandingkan dengan
analisa yang lain.
3. Enterprise Value
Atau dikenal juga sebagai
firm value (nilai perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor,
karena enterprise value merupakan indikator bagaimana pasar menilai
perusahaan secara keseluruhan. Hal ini karena dalam perhitungan
enterprise value dimasukan juga faktor-faktor yang tidak dimasukan dalam
perhitungan kapitalisasi pasar suatu perusahaan. Di bawah ini adalah
rumus untuk menghitung enterprise value :
Dimana :
Terlihat bahwa aspek dari struktur permodalan suatu perusahaan juga
penting dalam mengukur nilai perusahaan. Utang dan Kas juga perlu
diperhitungkan dalam mengukur nilai perusahaan, ibaratkan saja jika
perusahaan dijual kepada pemilik baru. Pembeli harus membayar sebesar
nilai ekuitas (biasanya pada harga yang lebih tinggi daripada harga
pasar) dan menanggung utang perusahaan. Untuk menilai utang yang
ditanggung, pembeli dapat menguranginya dengan kas yang ada di dalam
perusahaan. Dengan kata lain dalam perhitungan enterprise value utang
dan kas diperhitungkan untuk memperoleh nilai wajar perusahaan, bukan
hanya sahamnya saja.
4. Price Earning Ratio Method
Alternatif
ini memerlukan informasi mengenai proyeksi futures earning perusahaan,
expected return for equity investment, expected return on investment dan
historical price earning ratio. Informasi-informasi tersebut digunakan
untuk menentukan target price earning ratio dan kemudian dibandingkan
dengan rata-rata industrinya.
5. Discounted Cashflow Approach
Melalui cara ini penilai akan mendiskontokan expected cashflow dan membandingkannya dengan market value perusahaan.
6. Nilai Appraisal
Nilai appraisal suatu perusahaan dapat diperoleh dari perusahaan
appraisal independent. Nilai ini sering dihubungkan dengan biaya
penempatan. Nilai appraisal dari suatu perusahaan akan bermanfaat
sewaktu digunakan dalam hubungannya dengan metode penilaian yang lain.
Nilai appraisal juga akan berguna dalam situasi tertentu seperti dalam
perusahaan keuangan, perusahaan sumber daya alam atau organisasi yang
beroperasi dalam keadaan rugi.
7. Nilai Pasar saham
Nilai pasar
saham sebagaimana dinyatakan dalam kuotasi pasar modal adalah pendekatan
lain untuk memperkirakan nilai bersih dari suatu bisnis. Pendekatan
nilai adalah salah satu yang paling sering dipergunakan dalam menilai
perusahaan besar dan sering juga digunakan untuk menentukan harga
perusahaan.
8. Nilai Chop-Shop
Pendekatan chop-shop pertama kali
diperkenalkan oleh Dean Lebaron dan Lawrence Speidell of Batterymarch
Management. Secara khusus ia menekankan untuk mengidentifikasikan
perusahaan multi industri yang berada di bawah nilai dan akan bernilai
lebih apabila dipisahkan menjadi bagian-bagian. Pendekatan chop-shop
menekankan nilai perusahaan dengan berbagai segmen bisnis mereka.
Pendekatan chop-shop secara aktual terdiri dari 3 tahap:
a.
Mengidentifikasikan berbagai segmen bisnis perusahaan dan
mengkalkulasikan rasio kapitalisasi rata-rata untuk perusahaan dalam
industri tersebut.
b. Mengkalkulasikan nilai pasar teoritis di atas setiap rasio kapitalisasi.
c. rata-ratakan nilai pasar tertulis untuk menentukan nilai chop-shop perusahaan.
2.4 Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan
Melalui kebijakan dividen ini pada akhirnya manajer keuangan hanya
mengarah pada satu tujuan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan bagi para
pemiliknya. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa nilai perusahaan
sangat ditentukan oleh kebijakan keuangan yang menggambarkan komposisi
pembiayaan dalam struktur keuangan perusahaan dan juga besarnya dividen
yang dibagikan sebagai gambaran kemakmuran para pemiliknya.
Mengenai Pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan Bambang Riyanto (2001:266) menyatakan bahwa :
“salah satu fungsi yang terpenting dari financial manager adalah
menetapkan alokasi dari keuntungan netto sesudah pajak atau pendapatan
untuk pembayaran dividen di satu pihak dan untuk laba ditahan di lain
pihak, dimana keputusan tersebut mempunyai pengaruh yang menentukan
terhadap nilai perusahaan (the value of the firm)”.
Selain itu menurut Gordon dan Lintner yang dikutip oleh Sumani (2007:1) menyatakan bahwa :
“Sesungguhnya investor jauh lebih menghargai uang yang diharapkan dari
dividen daripada kenaikan nilai modal (capital gain), sehingga apabila
pembagian dividen dikurangi maka biaya ekuitas (Ke) akan naik dan nilai
perusahaan akan turun, hal ini berarti ada hubungan antara kebijakan
dividen dengan nilai perusahaan”.
Sedangkan menurut Fama and French yang dikutip oleh Sri Hasnawati (2005:1) menyatakan bahwa :
“Optimalisasi nilai perusahaan yang merupakan tujuan perusahaan dapat
dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan dimana satu
keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan
lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan. Dalam penelitiannya ia
menemukan bahwa keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan
dividen secara parsial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan”.
Kebijakan dividen secara langsung mempengaruhi nilai perusahaan dan
secara tidak langsung keputusan investasi mempengaruhi nilai perusahaan
melalui kebijakan dividen dan keputusan pendanaan.
https://www.ifxid.com/?x=CFLRL- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar